Hollywood lagi-lagi dihebohkan dengan gebrakannya sendiri mengeksplor luar angkasa lewat sebuah film. Apa lagi kalau bukan Interstellar yang baru dirilis secara global awal bulan ini.
Ketika pertama kali diberikan bujet sebesar USD 165 juta oleh Paramount Pictures, sang sutradara, Christopher Nolan merasa adaptasi 2001: A Space Odyssey saja nggak cukup. So, Nolan langsung bongkar-bongkar perpustakaan buat mendalami pengetahuan fisikanya.
Sambil mengulik soal teori relavisitas, Nolan juga menajamkan konsep sinematiknya. Menggandeng kawannya, Hoyte van Hoytema, Nolan memastikan para penonton dimanjakan teknologi mengesankan yang dihasilkan dari kamera anamorphic 35mm namun dengan meminimalisir penggunaan visual efek yang berlebihan meski pada kenyataannya green screen mendominasi.
Hasilnya memuaskan secara grafis mesti tak lebih baik dari film luar angkasa garapan Alfonso Cuaron, Gravity. Namun, soal alur cerita, Nolan memastikan para penontonnya buat berpikir lebih dalam lagi, tentu saja dengan panduan utama teori relativitas.
Sama seperti Inception, Nolan memberikan treatment dimensi berbeda buat menggambarkan seberapa luas itu luar angkasa. Khususnya ketika Cooper nekat masuk ke black hole yang mungkin para saintis belum tahu apa isinya.
Sayang, dalam dunia film tak ada yang sempurna. Nolan bersama adiknya, Jonathan yang menggarap naskahnya melakukan beberapa kesalahan saintifik yang sangat fatal.
Apa saja itu?
WARNING! SPOILER ALERT!
Relativitas
Satu isu besar dan yang mempengaruhi karakter utamanya, Cooper hingga akhir film adalah perbedaan waktu di bumi. Dijabarkan, gara-gara melintasi wormhole, perbedaan waktunya dengan bumi sangat ekstrim. Satu jam di bumi sama dengan tujuh tahun di sana. Bahkan ketika Cooper sudah kembali ke bumi, usianya menjadi 124 tahun. Well, Nolan tampaknya kurang mendalami teori relativitas di sini. Sebagai perbandingannya, ketika seseorang berada di atas permukaan matahari yang gaya tarik gravitasinya jauh lebih besar daripada bumi, satu jam di bumi hanya bertambah 66 detik di matahari. Intinya, buat merealisasikan konsep perbedaan waktu tersebut, dibutuhkan gaya tarik gravitasi yang sangat besar dan itu biasanya hanya terdapat di black hole. Sayangnya, tak ada planet yang memiliki gravitasi besar seperti itu di alam semesta ini. Kalaupun ada, tubuh manusia bisa hancur berkeping-keping ketika mendekatinya.
Wormhole
Dalam sejarah manusia, memang belum pernah ada yang masuk melintasi wormhole. Wajar sih karena jaraknya sangat jauh dari bumi. Tetapi di Interstellar, Nolan berani menampilkan seperti apa sih dalamnya wormhole itu sendiri. Sang karakter utama dan beberapa kru pesawatnya pun dikirim buat masuk ke wormhole yang ternyata merupakan kumpulan pola cahaya dengan berbagai warna di dalamnya. Namun di sini, Nolan membuat kesalahan besar. Karena kalau perjalanan ke wormhole itu memang ada, kita tak bisa mendapatkan visual yang jelas dari kejauhan karena itu tadi pattern yang tak beraturan.
Kendaraan
Modal utama Christopher Nolan bukanlah soal cerita atau penampakan wormhole itu sendiri. Namun justru keberadaan pesawat ulang aling, Endurance yang menghantarkan Cooper menembus ruang dan waktu buat menyelamatkan dunia. Detil dimensi pesawat tersebut nyaris mendekati sempurna dengan gaya terbang berputar. Apalagi kalau dikaitkan dengan teorinya. Sayang, desain pesawat Endurance di film ini ada cacatnya. Karena tangki bahan bakarnya nggak sebesar seperti yang seharusnya. Menurut seorang peneliti astrophysics, Dr Roberto Trotta, buat menembus kecepatan cahaya dengan jarak beribu-ribu cahaya melintas galaksi lain butuh bahan bakar yang sangat banyak. Sedangkan, tangki dan roket yang digunakan buat mendorong pesawat tersebut sangatlah kecil.
Matematika
Buat yang science geek, Interstellar cocok banget deh. Apalagi nggak cuma teori persamaan relativitas saja yang dihadirkan oleh Nolan. Tetapi juga bagaimana perhitungan antara gravitasi dengan mekanikal kuantum bertemu. Tapi, Dr Roberta Trotta pun berhasil menangkap ada yang janggal. "Di film ini, aktornya mengirim sebuah robot buat masuk ke lubang hitam. Kemudian sang robot berhasil mengirimkan kembali data kuantum yang dibutuhkanya,. Well, kenyataannya, nggak ada ilmu fisika yang bisa menggaransi apakah hal tersebut dapat terjadi," jelasnya. Tipu-tipu plot? Kayaknya!
Black hole
Dalam sebuah adegan, Cooper sadar kalau pergeseran waktu yang sangat besar bakal memberatkan misinya. Ia pun memunculkan sebuah ide buat mengitari black hole atau lubang hitam guna menghindari perubahan waktu yang sangat ekstrim. Sayang, buat mengitari black hole, butuh waktu hingga bertahun-tahun karena sangat jauh. Sedangkan di film itu, hanya membutuhkan waktu beberapa jam sebelum Endurance mampu mengitari black hole.
Itu baru satu. Yang anehnya lagi, Nolan memutuskan untuk mengirimkan karakter Cooper masuk ke dalam black hole tersebut. Sehingga ia bisa mengetahui semua rahasia alam dan perjalanan waktu. Sayang, ilmuwan berkata radiasi di dekat black hole itu sangat besar. Bahkan ketika seseorang mendekati black hole, gravitasi yang dirasakan oleh kaki akan sangat kuat. Saking kuatnya, tubuh bisa tercincang-cincang. Ini yang tak digambarkan secara benar oleh Nolan.
0 comments:
Post a Comment